Lampung Pride-- Integritas penyelenggaraan pesta demokrasi mendatang kian terancam. Pihak penyelenggara, yakni Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), yang mestinya bersikap independen, jujur, dan objektif justru disinyalir melakukan perbuatan koruptif.
Dalam fase verifikasi partai politik, khususnya dalam verifikasi faktual, pemberitaan media dan Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih banyak menyoroti dan memaparkan bukti adanya perintah, bahkan mengarah pada intimidasi, dari KPU RI kepada penyelenggara Pemilu daerah untuk memanipulasi data.
Dalam kurun waktu lebih dari satu bulan terakhir, bukti yang disampaikan perihal kecurangan Pemilu ini terbilang lengkap, mulai dari berkas administrasi, video pengakuan komisioner KPU daerah, hingga rekaman percakapan dengan substansi membenarkan praktik culas tersebut.
Baca Juga: Airlangga Tegaskan Golkar Sudah Resmi Umumkan Calon Presiden
Bahkan pihak penyelenggara Pemilu yang diberikan mandat untuk mengawasi pelanggaran Pemilu, yakni Bawaslu, seolah mendiamkan hal ini. Begitu pula DKPP yang terbukti lambat menangani pelanggaran etik Komisioner dan personel Sekretariat KPU daerah dan tingkat pusat.
Dari rentetan peristiwa tersebut, timbul pertanyaan, siapa sebenarnya yang memerintahkan kecurangan ini terjadi? Pertanyaan di atas berkaitan dengan isi video percakapan yang diduga melibatkan penyelenggara Pemilu di Sulawesi Utara tentang kecurangan Pemilu sebagaimana ditayangkan oleh Kumparan pada 24 Januari 2023 lalu.
Dalam pembicaraan itu, terdengar dengan jelas kalimat : “....bukan hanya kami yang telepon, tapi langsung KPU RI, dan yang terakhir eksekusi adalah Istana”.
Hal ini tentu menjadi pertanyaan dan harus dijelaskan secara langsung oleh pihak Istana. Sebab, jika menggunakan logika peraturan perundang-undangan, tidak ada cabang kekuasaan lain yang diperbolehkan mengintervensi proses Pemilu, termasuk Presiden.
Oleh karena itu, bukti rekaman tersebut harus dijadikan petunjuk oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu untuk mendalami dan mengusutnya secara tuntas.
Beredarnya sekian banyak bukti kecurangan Pemilu semakin menguatkan dugaan bahwa peristiwa ini merupakan kejahatan yang terstruktur, sistematis, dan masif. Sebab, dugaan manipulasi data partai politik dalam tahapan verifikasi melibatkan jajaran KPU RI hingga daerah.
Bersamaan dengan itu, saat ini KPU RI sedang melakukan rekrutmen untuk penyelenggara Pemilu di 20 provinsi (termasuk Daerah Otonomi Baru) dan 118 kabupaten/kota.
Hal yang penting disoroti dalam proses penjaringan ini mengarah pada independensi KPU RI sendiri di tengah pusaran isu kecurangan. Sebab, selain melakukan intimidasi, sempat mengemuka dugaan menebar iming-iming jabatan dari KPU RI kepada Komisioner KPU daerah saat memerintahkan melakukan kecurangan.
Sederhananya, jangan sampai penyelenggara Pemilu daerah yang terlibat dalam kejahatan Pemilu justru dipilih oleh KPU RI.
Artikel Terkait
Danone Indonesia Terima Proper Emas Kelima Kali Untuk Pabrik Aqua Mambal